cires
Taqwa secara etimologis, menurut satu pendapat, berasal dari kata “wiqoyah” yang artinya memlihara. Sedangkan menurut pendapat yang lain, taqwa berasal dari kata ” waqaa” “Waqitusy-syaia” yang artinya saya menjaga dan menutupinya.

Pada umunya, taqwa dimaknai “takut” atau “patuh”. Baik itu takut meninggalkan perintah dan takut melakukan larangan Allah. Patuh untuk menjalankan perintah dan patuh untuk meninggalkan larangan Allah.

Doktrin taqwa dalam Islam menduduki posisi penting, selain sebagai jaminan seseorang masuk surga, taqwa juga dapat menempatkan seseorang pada kududukan mulia. “Inna Akromakum ‘Indallahi Atqokum” yang terbaik adalah yang paling bertaqwa diantara kalian. Peran penting taqwa juga dapat kita pahami melalui perintah Allah untuk mencapainya. sebagaimana kita peroleh dalam Firman Allah, surah ali-Imran ayat 102 yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu beragama Islam.

Dalam konteks pluralisme, tingkat ketaqwaan seseorang juga dapat diukur. Artinya, kadar ketaqwaan seseorang atau kelompok dapat diukur melalui sejauhmana sikapnya terhadap pengakuan atas keberagaman. Pengakuan atas keberagaman adalah bagian dari yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya, Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS 109: 6), dan firman Allah yang artinya, Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak (perlu ada) pertengkaran di antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepada-Nyalah kembali (putusan segala sesuatu) (QS Al-Syura [42): 15).

Jika demikian, maka, kwalitas ketaqwaan ummat Islam di Indonesia dapat di kelompokkan sebagai berikut. Pertama, orang atau kelompok yang tidak mengakui perbedaan, termasuk perbedaan pemikiran maupun ideologi dalam agamanya sendiri. kelompok ini di wakili oleh fundamentalisme ekstrem seperti, Amrozi dkk. Dan kelompok ini merupakan kelompok yang kadar ketaqwaannya sangat rendah.

Kedua, orang atau kelompok yang mengakui perbedaan cara pandang dalam memahami agamanya. Namun, pengakuannya sebatas pada perbedaan metodologi yang bersumber dari tradsisi keislaman. artinya, selain metodologi yang bersumber dari tradisi Islam, misalnya metodologi yang lahir dari tradisi barat maupun eropa, tidak diakui oleh kelompok ini. Kelompok ini, di Indonesia di wakili oleh Islam fundamental seperti Abu Bakar Ba’asyir dll. Afisliasi politiknya, biasanya kelompok ini cenderung pada partai-partai yang berasaskan Islam. Dan Tingkat ketaqwaannya lebih tinggi dari pada kelompok pertama.

Ketiga, orang atau kelompok yang mengakui perbedaan pemahaman keagamaan, baik itu bermuara pada perbedaan metodologi yang lahir dari tardisi Islam maupun metodologi yang lahir peradaban lain. Bagi kelompok ini, nomenklatur Isla Liberal atau Islam Fundamental bukanlah hal penting. Mereka, bagi kelompok ini di nilai sebagai orang-orang yang berijtihad melalui metodologi yang dikuasainya. Namun demikian, kelompok ini masih mengakui perbedaan sebatas dalam lingkungan satu agama. Kadar ketaqwaannya jauh lebih tinggi dari pada kelompok kedua dan pertama.

Keempat, orang atau kelompok yang mengakui bukan saja perbedaan madzhab pemikiran maupun ideologi dalam agamanya, melainkan juga perbedaan agama. Sikap kelompok ini lebih eklsusif, sebab, Bagi kelompok ini, manusia diberi kebebasan yang terbuka untuk mencari kebenaran tidak hanya terbatas pada satu agama tertentu. Semua agama, menurut kelompok ini, mengajarkan kebaikan dan mengajak manusia terus mendekat kepada penciptanya. Dari prespektif pluralisme, Kelompok inilah yang masuk dalam kategori “inna akromakum ‘Indallahi Atqakum”.

Wallahu ‘alam Bissawab.

Oleh : Abdul Muiz Syaerozie
.
0 Responses

Posting Komentar